Kamis, 29 Juni 2017

Cerita Ramadhan 1438

Saya baru mengerti apa yang paksu sampaikan 10 tahun yang lalu. Perihal pe*****an yg ia terima saat kecil. Anak berumur 10 tahun itu memilih bungkam. Ia tidak ingin keluarga besarnya tahu. Ia bukannya takut karena akan mendapatkan cemooh. Tetapi ia takut jika keretakan dalam keluarganya bisa terjadi. Ia tidak ingin keluarga antara ibu dan ayahnya bertikai karena kejadian yang menimpanya.

Sembilan hari saya turut bergabung dalam merayakan Ramadhan dan idul fitri bersama keluarga besarnya. Ini kali pertama sejak Mikhail dan Malika lahir. Dan, memang sungguh luar biasa kedekatan mereka.

Sebuah keluarga yg mengungkapkan rasa sayang bukan hanya dengan katakata, tetapi dengan sentuhan serta pelayanan. Memberikan sesuatu tanpa diminta. Mengerti satu sama lain. Saling menolong...

Akankah tetap seperti ini jika saat itu Paksu meraung dan melaporkan "dia" pada orang tuanya?

Walau efek yg dirasakan Paksu sangat mengganggu psikis dan mentalnya. Ia menangis sendiri tidak ada tempat mengadu. Sajadah yang selalu basah. dan itu berlangsung bertahun tahun. "dia" yang memangsa pria kecil berumur 10 tahun hingga pria itu remaja, sekarang tetap merayakan lebaran bersama paksu dan keluarga lainnya.

Paksu percaya, akan ada balasan untuk "dia" dari Allah...

Jumat, 16 Juni 2017

Komunikasi Produktif Day 10

Rencannaya mau pergi buka puasa bersama paksu dan anak anak.
Selama ini paksu lebih memilih untuk tidak bergabung jika itu acara saya. ia tidak terbiasa dgn keramaian.

# level1
# day10
# tantangan10 hari
# komunikasiproduktif
# kuliahbunsayiip

Jumat, 09 Juni 2017

Komunisaki Produktif Day9

Melihat anak sakit serasa dunia runtuh (emmak lebaaaay. :-D ) Dan kebiasaan buruk saya jika anak sakit berpikir yg bukan bukan... *Ya elah... harusnya kan positif thinking, ini malah negatif teruuuusss... Efek sering baca share ibuibu d sosmed niiih...

"awalnya dia terlihat tidak apa apa. Dokterpun mengatakan semua baik baik saja, tetapi setelah bla bla bla ternyata anakku sakit bla bla bla"

Kalimat ini terus saja memenuhi kepalaku, dan menambah kekhawatiran. Padahal Mikhail baru demam, jumat pagi. yg harusnya waspada jika demamnya mencapai 40°c atau sudah lebih 3 hari.

Sepulang dari dokter, saya tetap saja masih tidak tenang. Paksu berulang kali menenangkan, tidak mempan. Lawan mi itu kekhawatirannya emmakemmak... :-P

Saya mencoba berkomunikasi dengan diri sendiri... menenangkan diri.

# level1
# day9
# tantangan10 hari
# komunikasiproduktif
# kuliahbunsayiip

Kamis, 08 Juni 2017

Komunikasi Produktif Day8

Keadaan puasa dan menyusui (baca mengurusi bayi yg masih butuh dikeloni, digendong, dimandikan, dicebok dan lainnya) lumayan menguras tenaga. Terlebih jika Malika sedang rewel.

Memahami cara komunikasi bayi, lewat tangisan dan bahasa tubuhnya gampang gampang susah. Seperti tadi pagi. Sejak setelah mandi ia terus ingin digendong. diletakkan akan nangis, disusui tidak mau.

Keadaan seperti ini, datang kakak yg menurutnya ingin membantu. Tapi di mataku ia malah mengacaukannya. dan Dooooor... saya meledak. Nada tinggi terlontar, ngomel panjang kali lebar terdengar. Binar mata kakak langsung padam. Diganti dengan tangisan.

Dan saya baru saja menghancurkan hati seorang anak kecil. bukan hanya kakak, adik juga. Karena ia merasakan aura marah dari emmak. Makin rewellah dia. See Mak... Tidak ada faidah yang kau dapatkan dengan meluapkan emosimu.

Makin bergejolaklah hatiku. Menyesal, merugi. bagaiaman tidak, dalah pikiran saya tahu teorinya bagaiaman menyikapi keadaan tersebut. Tetapi kenapa harus marah. grrrr... jengkel pada diri sendiri. Ternyata selama ini saya lupa berkomunikasi pada diri sendiri.

Harusnya dari awal saat tubuh merasa lelah, cobalah menyemangati diri. harusnya kalimat ini yg muncul. Bukan marah... hikshiks

"Walau puasa dan ngemong bayi. Bisa kok. Sahur tadi kan dah makan banyak"
"Kakak anak baik. kakak anak baik. dia mau membantu"

Dan kalimat kalimat positif lainnya...
Oh Tuhan. Selalu jauhkan saya dari Amarah. Engkaulah penggenggam hati... Lembutkanlah hatiku dalam membersamai anak anak hebatku. Aamiin...
:-D

# level1
# day8
# tantangan10 hari
# komunikasiproduktif
# kuliahbunsayiip

Komunikasi Produktif Day7

Dari dalam kamar saya mendengar hentakan kaki yang begitu keras. Keadaan setengah sadar dari tidur, saya berusaha untuk melihat apa yang terjadi. Ternyata itu Paksu. Ia terlihat jengkel.

Saya yang masih sangat mengantuk tidak sanggup untuk keluar kamar dan menyapanya. Tidur 10 menit tuk kumpulkan tenaga pikirku. Namun, saya bablas tertidur hingga waktu sahur. Setelah masak, dan membangunkannya, beliau masih terlihat jengkel. khuwaaaa... ada apa ini... saya salah apa...?

Okay, mari buka point komunikasi produktif ke pasangan. Hmmm... saya coba ke kaidah 7 - 38 - 55
"Kenapaki Etta?" Dengan suara seramah mungkin dan memegang pundaknya. Tapi eng ing eng saya tak digubris. Kurang tepat moment nya sepertinya.

Berlanjut hingga pagi, siang dan malam. Saya kebingungan. Dalam hati terus bertanya. Tetapi sy mau beliau yang memulai membahas hal tersebut. Tandanya ia sudah siap, dan sudah keluar dari gua nya.

Siang keesokan harinya ia mulai membahasnya. Ternyata saat saya sedang terlelap beberapa hari lalu, ia berbicara. Tetapi tentu saja maksudnya tidak tersampaikan. Wong saya tiduuuur... Moment nya nda tepat chiiin...  Sini sini, baca materi Komunikasi Produktif. hahahah....

Kami pun berbicara membahas hal tersebut dengan santai saling bertatapan. meng clear kan masalah, dan hanya butuh 5 menit sodara sodara. Bombeanannya dua hari. grrrrr...... Setidaknya keduanya sudah mengklarifikasi kemauan. :-)

"Nda sadar ki itu hari kah? na menyahut nyahut jeki"
"iiiih, setengah sadar kapang. Pokonya nda ada kudengar saya"

Akhir percakapan kami, debumbui dengan canda tawa. Alhmdulillah...
Semoga bisa selalu konsisten. Agar tidak ada kesalah pahaman antara kami berdua. ^_^

# level1
# day7
# tantangan10 hari
# komunikasiproduktif
# kuliahbunsayiip

Komunikasi Produktif Day 6

Beberapa hari yang lalu, keadaan hectic dipagi hari. Kakak maunya disuap, adik sudah jadwal makan, air untuk mandi belum siap, tumpukan piring bekas berbuka dan sahur belum dibereskan, serakan mainan, dan jam 10 saya harus mengantarkan barang pesanan orang.

Keadaan seperti, guyonan "senggol, bacok" sepertinya cocok. Dikejar deadline dan anak tidak mau bekerja sama, membuat emmak naik tanduk. saya mulai meminta untuk kakak suap sendiri, agar saya bisa melakukan hal lainnya. Tetapi, ia tetap tidak mau.

Makan sendiri, salah satu kemandirian Mikhail yang belum sepenuhnya bisa ia lakukan. Terlebih sejak adiknya lahir. Mungkin ia merasa jika disuap, saya punya waktu berduaan dengnnya.

Saya terus berusaha menyemangatinya jika ia bisa makan sendiri.
"ayok lah Nak. suap sendiri. Bisa jeki itu Nak"
"Tumpah tumpah ummi kalau saya yg sendok"
"Nda papaji. Nanti dipungut"
ia mulai merajuk. Mengalihkan perhatian ke mainan.
Saya mulai menyanyi. "Kamu bisa, kamu pasti bisa" berulang ulang.

Ia mulai mencoba. Tetapi tiap ia mencoba menyendok, nasinya berhamburan. Okay. sy yg menyendok. Tetapi kuminta ia yg menyuap sendiri ke mulut. supaya saya tidak menunggunya mengunyah makanan. Dan Alhamdulillah... ia mau. Hingga nasi dan lauknya habis. Walau saya harus bolak balik mengisi kembali sendoknya...

Namun bahan evaluasi saya saat itu. Saya masih menghadirkan nada mengeluh di depannya. Memperlihatkan jika saya tidak senang... hikshiks... :'(

tantangan, jangan lupa pakai hashtag
# level1
# day6
# tantangan10 hari
# komunikasiproduktif
# kuliahbunsayiip

Komunikasi Produktif Day 5

Wow... Sudah tanggal 9, saya baru menyelesaikan 4 cerita tentang kompord bersama keluarga. Saya ketinggalan lima cerita... Baiklah Mari kita mencicil untuk berbagi kisah. Semoga bisa bermanfaat dan memberikan inspiratif bagi orang yang membacanya... ^_^

Sejauh ini sudah berusaha untuk menerapkan komunikasi produktif pada anak. Walau hasilnya kebanyakan gagal. Jika seperti itu, mencoba baca kembali materi. menelaah saya salah dimana, sampai merasa, kok yah anak tetap tidak nurut. Padahal pemilihan kata sudah yang paling sederhana menurutku.

Seperti contoh beberapa hari yang lalu. Mikhail mulai "usil" (sudut pandang saya) pada adiknya. Saya mencoba mengendalikan emosi. Dan meminta dengan nada ramah agar ia tidak menepuk nepuk tangan adiknya. (Yang jika terlihat, seperti dipukul berulang ulang)
"Jangan dipukul adeknya,?"
namun sudut pandang bocah hebatku lain. Ia merespon jika itu adalah sebagai cara dia bermain dengan adik. "Orang tidak pukul, main mainka. pegang-pegang tangannya"

See see... Saya menjadi orang tua egois. Selalu melihat dari sudut saya saja, terus menyalahkan anak... Aaaah... Harusnya tugas saya fokus ke masa depan. Jika melihat hal tersebut, coba raih tangan kakak, memberikan contoh dengan cara membelai ke adik. "Begini sayang kalau mau main sama adik. Karena adik masih kecil."

# level1
# day5
# tantangan10 hari
# komunikasiproduktif
# kuliahbunsayiip

Minggu, 04 Juni 2017

Komunikasi Produktif Day4

04Juni2017

Mainan berserakan di lantai rumah menjadi lagu lama jika punya anak batita. Seperti halnya pagi ini, beberapa kali saya berlalu lalang untuk menyiapkan sarapan untuk anak anak. Beberapa kali pun juga mainan Mikhail terinjak olehku.

Tanduk mulai naik, tapi Alhamdulillah mencoba mengontrol marah dan menyampaikan keinginanku dengan nada ramah. "Mikhail, kasih ummi tempat untuk jalan dih. Kasih minggir minggir mainanta" Alhamdulillah ia nurut.

Namun setelah selesai sarapan, dan mandi. Ia tidak membereskan hasil kreasinya. Mikhail sudah anteng di depan televisi. Padahal ia sudah punya jadwal standar pagi yang harus dipatuhi sebelum mendapatkan me time nya. Salah satunya merapikan mainannya.

Suami yg keluar dari kamar melihat kekacauan juga ikut merasa marah. Saat ia mencoba ke ruang televisi, saya berusaha mencegahnya. Dan memohon untuk memintanya baik baik. "Nak, mainanta" mendengar kalimat itu, Mikhail langsung meninggalkan keasyikannya.

Ia langsung mengerti apa yang harus dilakukan. Tidak butuh waktu lama. Semua mainannya sudah berada ditempatnya lagi. Alhamdulillah tanpa tanduk, tanpa urat, lantai aman emmak nyaman mengepel. :-D

# level1

# day4

# tantangan10 hari

# komunikasiproduktif

# kuliahbunsayiip


Komunikasi Produktif Day3

03Juni2017

Waktu menunjukkan pukul empat sore. Saatnya menyiapkan takjil tuk berbuka. Tetapi diwaktu bersamaan, Malika mau makan, bahkan setelah itu ia harus mandi.

Jadi saya meminta suami untuk melakukan yang mana. Ternyata beliau lebih memilih menyiapkan takjil. Adonan bakwan yang siap digoreng.

Saya pun menyampaikan jika adonan tersebut belum diberi garam. Saya berlalu ke ruang sebelah menemani Malika makan.

Sayup sayup, terdengar suara suami menanyakan jumlah garam yg harus dimasukkan. Galaulah saya... Memilih ke ruang sebelah dan mempraktekkan poin komunikasi produktif bersama pasangan atau tetap stay menemani Malika makan.

Dan teeeetoooot... lagi lagi saya gagal menerapkan kompord. Saya memilih tinggal menemani Malika dan menjawab suami dengan berteriak. "Setengah sendok teh sayang!!!"

Berkreasilah suami dengan adonan bakwan. Setelah berbuka, ternyataaaa rasanya asiiiin... hahahha.... "Berapa banyak kita masukkan garam?" "Satu sendok teh kita bilang tadi," jawabnya...

Padahal harusnya, kami bisa saling berhadapan untuk menyampaikan jumlahnya. Apa susahnya saya atau beliau beranjak mendatangi satu sama lain untuk mendengarkan jawaban atau memberikan jawaban. agar bisa jelas... Tapiiii... entah itu malas atau moment yg tidak tepat... heheheh...

Btw, walau rasanya asin, bakwannya tetap habis kok. heheheh... Secara itu bikinan suami, bagaimana pun rasanya tetap enak... ^_^ v

# level1
# day3
# tantangan10 hari
# komunikasiproduktif
# kuliahbunsayiip

Kamis, 01 Juni 2017

Komunikasi Produktif Day2

Pagi ini seperti biasa bergelut dengan dua bocah. Kakak Mikhail 3 tahun 11 bulan yg super aktif, adik Malika 6 bulan yang masih butuh dibantu melakukan sesuatu.

Baru juga pukul 10 pagi saya sudah merasa lemas. Padahal saat sahur, saya merasa asupannya sudah berlebih.

Karena lemas, saya memilih berbaring di kasur bersama Malika dan menyusuinya. Tetiba Mikhail datang. Ia ingin menemani adiknya bermain. Saya hanya menanggapinya dengan wajah datar. Lalu ia berkata "Senyum ki Ummi kalau bicara. Nda ada itu suka ki"

Jleb... serasa ditampar anak sendiri. Betul adanya komunikasi dua arah itu membutuhkan sentuhan hangat. Bukan hanya sekedar menyampaikan maksud ke lawan bicara. Tetapi dibutuhka jalinan emosional yg diawali dengan senyuman...

Terima kasih Nak. kau selalu menjadi guru kehidupan terbaikku. Selalulah mengingatkan Ummimu ini untuk kebaikan. Begitupun sebaliknya. Insya Allah... :-)
Peluk hangat Nak...

# level1
# day2
# tantangan10 hari
# komunikasiproduktif
# kuliahbunsayiip

Rabu, 31 Mei 2017

Komunikasi Produktif Day 1

Bismillahirohmanirohim

Kelas bunda sayang sudah dimulai. Materi pertama tentang komunikasi produktif bersama anak dan suami.

Seperti biasa, yang sering bikin saya tidak waras saat membersamai anakanak yaitu saat Mikhail 3y11m menyalurkan kelebihan energinya dengan melompatlompat di atas kasur, sementara ada adiknya, Malika 6m berbaring.

Saya khawatir jika Mikhail tidak terkendali dan menginjak anggota tubuh adiknya. Karena hal tersebut pernah terjadi. saat itu saya meledak dan marah padanya.

Dan hal ini sering ia lakukan jika adiknya berbaring di kasur. sudah berulang kali saya mencoba menjelaskan bahaya jika melakukan itu. "Kakak, nanti kenna ade’. sakit nanti ade’nya, boleh lompat lompat di kasur kalau ade’ tidak ada d kasur" kalimat ini sudah seperti radio rusak diulang diulang dan diulang. Namun ia kadang berhenti melakukannya, kadang malah tambah girang melihat saya yg mulai tidak sabar meberitahukannya.

Hingga materi di Kelas Bunda Sayang tersebut mencoba mebuka pmikiran saya. mungkin cara saya menyampaikan kurang tepat. Jadi hari ini saya mencoba salah satu poin komunikasi produktif yaitu mengendalikan intonasi suara dan gunakan suara ramah.

Seperti biasa, ia mulai melaukan kebiasaannya, melompat jika adiknya sedang berbaring. saya mencoba meraih tangannya dan memangkunya. tak lupa tangan saya memeluknya dari belakang. saya berbicara dengan pelan di telinganya. "Kakak tahu mi toh, bahaya nya kalau kakak lompat2 baru ada ade’ di kasur. Boleh lompat kalau nda ada ade’" setelah itu sy memberikan ia ciuman di pipi kirinya.

Ia pun mengangguk, dan pergi memilih bermain di luar kamar. Yessss... saya berhasil pikirku. bisa bayangkan kaaaan senangnya emmak jika anak nurut, tanpa pakai uraaat... hehehehe... :-)

saya pun menyelesaikan memakaikan baju ke adik dengan tenang dan aman. Menjelang tidur siang dan sore masih aman. Namun, mendekati tidur malam, kakak mengulangnya lagi... Horreeey...
emmak mewek... hahhaha...

Tapi berusaha cooling down. Nanti dicoba poin komunikasi produktif lainnya.

:-)

# level1
# day1
# tantangan10 hari
# komunikasiproduktif
# kuliahbunsayiip